LAPORAN PRAKTIKUM
AVERTEBRATA AIR
(PHYLUM CNIDARIA)
OLEH :
NAMA
|
:
|
SUPITRIAWAN
|
STAMBUK
|
:
|
I1A2 12 023
|
PROG. STUDI
|
:
|
BUDIDAYA PERAIRAN
|
JURUSAN
|
:
|
PERIKANAN
|
KELOMPOK
|
:
|
V (LIMA)
|
ASISTEN
|
:
|
FRISCA NOVIA TRISNAWATY, S.Pi
|
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2013
I.
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Filum coelenterata disebut juga cnidaria, berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata cnide yang berarti sengat. Termasuk filum coelenterata
antara lain Hydra, ubur-ubur, anemon
laut dan coral. Berbeda dengan protozoa
dan porifera, coelenterata mempunyai rongga pencernaan (gastrovascular cavity) dan mulut, tetapi anus tidak ada. Sebagian besar coelenterata hidup di laut
kecuali Hydra sp. dan beberapa jenis
lainnya. Hewan tersebut mempunyai dua fase tubuh yaitu
Polip dan fase medusa. Polip
adalah fase saat hewan melekat pada substrat (tidak dapat berpindah) sedangkan medusa
adalah fase saat hewan dapat bergerak bebas. Kelas-kelas yang termasuk dalam
filum coelenterata yaitu : a) hydrozoa, ujung tempat letaknya mulut disebut ujung oral sedangkan
yang melekat pada dasar disebut ujung aboral, b) scypozoa, sebagian besar hidup dalam bentuk medusa, bentuk polip
hanya pada tingkat larva, c) anthozoa,
tidak mempunyai bentuk sebagai medusa (sepanjang hidupnya polip), d) ctenophora, satu-satunya coelenterata
yang tidak memiliki Nematocyst (Chansang
dan Watanasit, 2009).
Karang adalah hewan tak
bertulang belakang yang termasuk dalam filum coelenterata (hewan berrongga) atau cnidaria, yang disebut sebagai karang (coral)
mencakup karang dari ordo scleractinia dan sub kelas octocorallia (kelas Anthozoa) maupun
kelas hydrozoa. Satu individu karang
atau disebut polip karang memiliki ukuran yang bervariasi mulai dari
yang sangat kecil 1 mm hingga yang sangat besar yaitu lebih dari 50 cm. Namun yang pada umumnya polip karang berukuran
kecil. Polip dengan ukuran besar
dijumpai pada karang yang soliter (Sugiarti, 2005).
Anemon laut adalah hewan yang
memiliki tentakel dan alat serupa tombak yang disebut nematocyst. Nematocyst
ini digunakan anemon laut untuk menangkap mangsa dan
mengusir predator. Anemon laut jenis Anthropleura elegantissima
hidup dalam koloni besar yang secara genetik identik menempel di batu-batu
karang di dasar. Anemon yang menyentuh anemon jenis lainnya akan saling
menyerang, saling menggigit dengan tentakel khusus sehingga meninggalkan luka
tusuk yang menyakitkan bagi lawannya (Behavior, 2005).
Ubur-ubur
scyphozoa (Scyphomedusae) mempunyai ciri
antara lain tubuhnya berbentuk payung atau genta (bell) yang disertai dengan umbai umbai berupa tentakel. Bagian payung sebelah atas berbentuk
cembung dan disebut eksumbrella (exumbrella), sedangkan bagian bawah berbentuk cekung dan disebut subumbrella (subumbrella). Di antara keduanya terdapat mesoglea yang menyerupai lendir yang sangat kental. Di
tengah subumbrella terdapat
bukaan mulut.
B. Tujuan dan Manfaat
Tujuan praktikum untuk mengetahui filum cnidaria secara morfologi dan anatomi serta dapat mengamati dan mengklasifikasi
filum cnidaria.
Manfaat praktikum adalah sebagai bahan masukan untuk
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan serta jenis-jenis mengenai filum cnidaria.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Klasifikasi
1.
Anemon (Metrdium sp.)
Klasifikas anemon
(Metrdium sp.), menurut kadaryanto, dkk.,
(2006).
Kingdom
: Animalia
Phylum : Coelenterata
Class :
Anthozoa
Order
: Actinidaria
Family
: Actinariaceae
Genus : Metridium
Species : Metridium sp.
Gambar 1. Anemon laut (Metridium sp.)
Sumber : Dok.
pribadi (2013)
2.
Karang (coral)
Klasifikasi karang (coral) menurut Aslan dkk (2003).
Kingdom :
Animalia
Phylum : Coelenterata
Class
: Anthozoa
Order
: Autipatharia
Family : Antiphatriaceae
Genus
: Antipatus
Species : Coral.sp.
Gambar 2. Morfologi karang (Coral sp.)
Sumber : Dok. Pribadi (2013)
3.
Ubur-ubur (A. aurita)
Klasifikasi
ubur-ubur (A. aurita), menurut
Sugiarti (2005).
Kingdom :
Animalia
Phylum : Coelenterata
Class
: Scyphozoa
Order
: Semaestomae
Family : Semaestomaceae
Genus : Aurelia
Species : A. aurita
Gambar 3. Morfologi ubur-ubur (A. aurita)
Sumber : Dok. Pribadi, (2013)
B.
Morfologi
dan Anatomi
Filum coelenterata memiliki tubuh simetri radial, beberapa simetri
biradial. Struktur tubuh coelenterata dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
polip yang hidup dan medusa yang hidup berenang bebas. Bentuk polip lebih kurang silindris, dengan satu ujung yang disebut oral, yang
mengandung mulut dikelilingi tentakel dan ujung lainnya yang menempel pada
substrat disebut aboral. Bentuk medusa
seperti lonceng atau mangkuk terbalik dengan bagian cembung mengarah ke atas
dan bagian cekung dilengkapi mulut dan tentakel mengarah ke bawah. Dinding
tubuh filum coelenterata terdiri atas 3 lapisan, yaitu epidermis yang merupakan
lapisan paling luar, gastrodermis merupakan lapisan paling dalam dan membatasi
rongga pencernaan, serta mesoglea yang terletak diantara epeidermis dan
gastrodermis (Suwignyo, dkk., 2005).
Ubur-ubur Scyphozoa (Scyphomedusae)
mempunyai ciri antara lain tubuhnya berbentuk payung atau genta (bell) yang disertai dengan umbai-umbai berupa tentaket. Bagian payung sebelah atas berbentuk cembung
dan disebut eksumbrella (exumbrella), sedangkan bagian bawah berbentuk cekung dan disebut subumbrella (subumbrella).
Di antara keduanya terdapat
mesoglea yang menyerupai lendir
yang sangat kentat. Di tengah subumbrella terdapat bukaan mulut (Trimaningsih, 2008).
Karang atau disebut polip memiliki bagian-bagian tubuh
yang terdiri dari mulut, rongga tubuh, dan dua lapisan
tubuh. Mulut dikelilingi oleh tentakel yang berfungsi untuk
menangkap mangsa dari perairan serta sebagai alat pertahanan diri, rongga tubuh (coelenteron) yang juga
merupakan saluran pencernaan (gastrovascular), dua lapisan tubuh yaitu ektodermis dan endodermis yang
lebih umum disebut gastrodermis karena
berbatasan dengan saluran pencernaan. Di
antara kedua lapisan terdapat jaringan pengikat tipis yang disebut mesoglea.
Jaringan ini terdiri dari sel-sel, serta kolagen, dan mukopolisakarida, pada sebagian besar karang,
epidermis akan menghasilkan material guna membentuk rangka luar karang, material tersebut berupa kalsium
karbonat (kapur) (Sugiarti, 2005).
C.
Habitat
dan Penyebarannya
Anggota filum cnidaria kebanyakan
hidup di laut dan hanya 14 spesies dari kelas hydrozoa yang hidup di air tawar. Umumnya hidup di perairan dangkal dan melekat pada substrat, beberapa
spesies dari kelas hydrozoa yang hidup bebas di perairan seperti genus physalia dan velella. Kelas hydrozoa biasanya hidup di perairan yang
tidak terlalu bergelok, umumnya memilih teluk sebagai habitat untuk hidup.
Kelas scyphozoa dapat di temukan di semua lautan dari perairan tropis sampai
laut Arktik (Rahmadani, dkk., 2012).
Habitat anemon laut umumnya
hidup dipasang surut dan mengambil Pasir/pecahan cangkang keong untuk
ditutupkan dibadan sebagai pelindung. Sebagian anemon laut hidup diatas karang
batu, beberapa jenis melintang dipasir. Ubur-ubur dan karang dapat hidup di hampir segala iklim, khususnya di air
laut dan sebagian besar berbahaya bagi makhluk lainnya serta dapat menyebabkan
kematian (Romimohtarto dan Juwana, 2007).
Sebenarnya ada lebih dari 1.000 spesies anemon laut yang ditemukan di
perairan seluruh dunia. Namun, hanya ada 10 spesies yang mampu bekerja sama
dengan ikan klon, yaitu anemon laut yang hidup di laut tropis di samudera
Pasifik dan Hindia. Biasanya satu individu anemon laut menjadi
rumah dari sekelompok ikan klon, yang terdiri dari sepasang ikan dominan hingga
untuk ikan klon kecil lain. Habitat
anemon laut, umunya hidup didaerah pasang surut dan mengambil pasir/pecahan
cangkang keong untuk ditutupkan dibadannya sebagai pelindung. Sebagian anemon
laut hidup di atas karang batu, beberapa jenis melintang dipasir dan lumpur (Suwignyo,
2005).
Ubur-ubur hidupnya soliter atau berkelompok, berenang bebas dengan bantuan
kontraksi payungnya yang bekerja
seperti pornpa, beraturan dan berirama. Beberapa
jenis juga tergantung dari arus dan
ombak, bila keadaan ombak cukup besar mereka cenderung bergerak kepantai. Medusa Scyphozoa umumnya tersebar luas di seluruh perairan laut. Bangsa Sernaeostomeae hidup di semua perairan pantai terutania pada perairan hangat dan sedang, beberapa jenis dari marga Cyanea dapat mencapai daerah kutub. Sedangkan marga pelagia hidup di perairan terbuka. Bangsa Rhizostomeae hidup di perairan dangkal tropis atau subtropis, terutania di perairan Indo-Pasifik. Marga rhizostoma dikenal sebagai marga yang sebarannya sangat Inas, dan cenderung tahan pada perairan yang bersuhu sedang. Marga cassiopeia
terdapat di perairan Florida dun
Karibia, marga cephea khususnya di Indo Pasifik, sedangkan cotylorhiza di perairan Mediterania. Marga-marga
yang disebut belakangan tadi tidak
diusahakan sebagai bahan makanan (Trimaningsih. 2008).
D.
Fisiologi dan
Reproduksi
Filum coelenterata berkembang
biak secara seksual dan aseksual. Reproduksi aseksual terjadi pada stadium
polip, dan dilakukan dengan pertunasan (budding), pembelahan atau pencabikan
telapak kaki. Reproduksi seksual umumnya
terjadi pada stadium medusa. Sel telur
atau sperma sebagian besar berasal dari sel interstial yang mengelompok
sehingga membentuk ovari atau testis (Suwignyo, dkk.,
2005).
Pertukaran gas dan pengeluaran
sisa metabolisme dari hewan anggota filum Cnidaria melalui proses difusi
melalui permukaan tubuhnya. Cnidaria berkembang biak secara seksual
dan aseksual. Kelas hydrozoa, reproduksi secara aseksual
terjadi stadium polip dan dilakukan dengan jalanpertunasan (budding) atau pembelahan. Suatu tunas terjadi dari dinding tubuh yang menonjol keluar diikuti
perluasan rongga gastrovaskular, kemudian pada ujungnya berbentuk mulut dan
tentakel. Reproduksi seksual terjadi melalui
pelebusel telur (dari ovarium) dengan sperma (dari testis). Hasil peleburan membentuk zigot yang akan
berkembang sampia stadium gastrula. Kemudian embrio ini akan berkembang membentuk kista dengan dinding dari zat
tanduk (Aslan, dkk., 2013).
Pada umumnya karang memiliki kemampuan reproduksi
secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual adalah reproduksi yang tidak
melibatkan peleburan gamet jantan (sperma) dan gamet betina (ovum). Pada reproduksi ini, polip/koloni karang
membentuk polip/koloni baru melalui pemisahan potongan-potongan tubuh
atau rangka. Karang lunak memiliki cara
bereproduksi yang berbeda-beda tergantung pada kondisi lingkungan sehingga
memungkinkan untuk bisa pulih pada kondisi awal (Fabricius
and Alderslade, 2002).
Reproduksi jenis ubur-ubur kelas Scyphozoa berlangsung
secara seksual pada bentuk dewasa
(medusa) dan aseksual pada bentuk
potip ubur-ubur
buta (A. aurita) (Gambar 3). Pada reproduksi
seksual, telur yang tetah dibuahi akan
menghasilkan zygot, kemudian
akan berkembang menjadi planula yang akan berenang hingga menemui substrat yang cocok untuk hidup. Pada substrat ini ubur-ubur akan tumbuh dan berubah bentuk mejadi sifistoma yang akan berkembang secara aseksual
hingga akan membentuk polip yang
bersusun-susun (strobila). Polip-polip ini
kemudian satu persatu akan melepaskan diri dan hidup bebas sebagai efira yang
setanjutnya akan tumbuh menjadi
ubur-ubur dewasa (Trimaningsih, 2008).
E.
Makanan dan
Kebiasaan Makan
Pada coelenterata umumnya carnivora, makanannya terutama binatang kecil,
baik mulut maupun tubuhnya dapat membesar dan mudah menelan cladocera dengan
garis tengah 4x tubuhnya. Apabila
makanan yang biasa tidak mencukupi maka sampah substrat akan dimakannya. Pencernaan dilakukan baik extra maupun
intraceluler (Nawangsari, 2002).
Kebanyakan anemon (Metridium sp.) adalah karnivor dan
memakan berbagai jenis avertebrata, bahkan jenis yang besar dapat menangkap
ikan. Beberapa jenis yang berukuran
besar dengan tentakel pendek merupakan pemakan suspensi; plankton yang menempel
pada permukaan tubuh dan tentakel dialirkan oleh gerakan cilia ke ujung
tentakel, kemudian dibawa ke mulut. Ikan kecil jenis Amphiprion di Laut Merah
dan daerah Indo-Pasifik, hidup komensal dengan sea anemone besar. Lendir permukaan tubuh ikan tersebut
merupakan hambatan bagi penembakan nematocyst, hingga aman bagi Amphiprion, tetapi
berbahaya bagi ikan lain. Beberapa jenis
sea anemone hidup bersimbiosa dengan zooxanthellae (Praweda, 2003).
Karang
merupakan cnidaria yang pada umumnya merupakan hewan karnivora, jenis makanan karang terdiri dari
zooplankton, ikan kecil, bahan organik, dan nutrien dari zooxanthellae. Salah satu cara makan karang yaitu
dengan menangkap mangsanya dengan menggunakan nematositnya. Saat mendeteksi keberadaan makanan, maka
karang menggerakan tentakelnya untuk menangkap mangsanya. Mangsa dimatikan dengan benang injeksi dari
nematosit yang mengandung racun. Setelah mangsa tidak berdaya maka mangsa
tersebut dibawa masuk kedalam perut untuk dicerna. Pencernaan dilakukan oleh sel mesentris
kemudian diserap tubuh dan zat sisa dibuang melalui mulut.
F.
Nilai
Ekonomis
Banyak anggota dari filum cnidaria bernilai ekonomis tinggi
diantaranya adalah anggota dari kelas anthozoa yang banyak diperdagangkan
sebagai karang hias, untuk akuarium air laut. Indonesia sendiri merupakan
negara eksportir utama karang hias dunia dengan negara tujuan antara lain negara-negara
Eropa, Amerika Serikat, dan Kanada. Jenis-jenis tersebut antara lain Catalaphyllia sp. Euphyllia
ancora dan lain-lain (Rahmadani , dkk., 2013).
Beberapa jenis coelenterata
seperti anemon (Metridium sp.) diperdagangkan sebagai ”ikan hias” untuk aquarium laut, bahkan
beberapa diekspor ke Singapura, Eropa, Amerika Serikat, dan Kanada. Biota tersebut dikemas dalam kantung plastik
berisi oksigen dengan suhu sekitar 15°C. Coelenterata yang dapat dikonsumsi dan
diperdagangkan sebagai ubur-ubur asin ialah beberapa jenis ubur-ubur Scypozoa
yang tidak beracun. Di Jepang ubur-ubur
asin dikenal dengan nama ”kurage” dan
dipakai sebagai teman minum teh (Suwignyo, dkk.,
2005).
Ubur-ubur lebih banyak manfaatnya dari pada yang bersifat merugikan karena ubur-ubur memiliki nilai ekonomis penting. Ubur-ubur asin merupakan makanan tradisional yang mempunyai kenikmatan dan kekhasan tersendiri dari segi konsistensi, aroma dan rasanya. Selain itu,
ubur-ubur jenis tertentu sangat bermanfaat
dan dipercaya mempunyai khasiat dalam
penyembuhan berbagai penyakit seperti artritis, hipertensi, dan nyeri punggung (Nontji, 2006).
III. METODE PRAKTIKUM
A.
Waktu dan Tempat
Praktikum
kali ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 16 November 2013. Pukul 16.00-18.00 WITA dan bertempat
di Laboratorium produksi Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan Universitas Halu Oleo.
B.
Alat
dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan
pada praktikum kali ini dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Alat dan bahan yang digunakan pada
praktikum filum cnidaria beserta
kegunaannya.
No.
|
Alat dan Bahan
|
Kegunaan
|
1.
2.
|
Alat
- Baki (disketing pan)
- Pisau Bedah (scalpel)
- Pinset (forceps)
- Kantong plastic
- Alat tulis menulis
- Wadah/toples
-
Lap kasar
-
Lap Halus
-
Formalin
- Alkohol 70 %
- Kaca pembesar/Lup
Bahan
-
Anemon (Metridium
sp.)
-
Ubur-ubur (Aurella aurita)
-
Karang (coral
sp.)
|
Untuk menyimpan objek yang diamati Untuk membedah objek yang diamati
Mengambil objek yang diamati
Untuk menyimpan objek
Untuk menulis dan menggambar
Untuk menyimpan objek
Untuk
membersihkan alat
Untuk
membersihkan alat
Untuk mengawetkan bahan
Untuk mensterilkan
Untuk melihat obyek terkecil
Objek yang diamati
Objek yang diamati
Objek yang diamati
|
|
|
|
C.
Prosedur
Kerja
Adapun prosedur kerja pada pada
pengamatan ini adalah sebagai berikut:
1.
Melakukan pengamatan pada organisme yang telah diambil
dari periran.
2.
Meletakkan organisme pada baki kemudian mengidentifikasi
bagian-bagian organisme tersebut.
3.
Menggambar bentuk secara morfologi dan anatomi
bagian-bagian organisme yang telah diidentifikasi dan diberi keterangan pada
buku gambar.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada praktikum
kali ini adalah sebagai berikut :
1.
Ubur-ubur
(A. Aurita)
Keterangan :
1. Lappet
2. Tentakel
3. Lengan
Gambar 4.Morfologi ubur-ubur (A. Aurita)
2. Anemon (Metridium
sp.)
Keterangan :
1. Tentakel
2. Pedal disc
Gambar 5. Morfologi anemon (Metridium sp.)
3. Morfologi karang (Coral
sp.)
Keterangan:
1. Polip
2. Axial coralit
3. Radial coralit
4. Base plate
Gambar 6. Morfologi karang (Coral sp.)
B.
Pembahasan
Pada pengamatan kali ini kami mengamati filum coelenterate, diman yang diamati pada filum coelenterate ini yaitu karang (Coral
sp.), anemon (Metridium
sp.) dan ubur-ubur (A. aurita).
Pengamatan pada morfologi
ubur-ubur terlihat bagian-bagiannya yang terdiri dari lappet, tentakel, dan
lengan. Ubur-ubur atau biasa disebut dengan
scypozoa dan berenang bebas mengikuti arus, dengan tubuhnya yang berbentuk
payung berumbai. Bentuk payung yang
berada di sebelah luar atau biasa disebut sebagai exumbrella, berfungsi sebagai
atap tubuh dan di sekitar pinggiran payungnya terdapat lekuk-lekuk yang disebut
lappet. Ubur-ubur memiliki tantakel pada
bagian bawah tubuhnya yang berfungsi sebagai alat perlindungan dirinya dan
untuk menangkap mangsanya. Ubur-ubur ini
hidup soliter atau berkelompok dan berenag bebas dengan bantuan kontraksi
payungnya yang bergerak memompa beraturan dan berirama. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Suwignyo (2005) yang menyatakan
bahwa ubur-ubur bentuk polip selalu kecil, dan bentuk medusa seperti
lonceng atau mangkuk terbalik dengan bagian cembung mengarah ke atas dan bagian
cekung dilengkapi mulut dan tentakel mengarah ke bawah.
Pada pengamatan morfologi karang (Coral
Sp.) tampak adanya nematosis,
mulut, tentakel, gastrodermis, dan epidermis (Gambar 2). Bagian-bagian karang tersebut mulut berfungsi
sebagai alat untuk mendapatkan makanan, terdapat tentakel sehingga disebut
sebagai karang (Coral Sp.) hewan yang
bersengat. Gastodermis yang terletak pada bagian tengah karang sedangkan
epidermis terletak pada bagian luar karang. Terdapat nematosis yang merupakan sel
penyengat. Jenis-jenis madrepolia
menghasilkan kerangka kalsium karbon. Pada bagian kerangka terdiri dari kristal
CaCO3 yang dihasilkan oleh epidermis yang berada pada bagian lapisan
luar. Polip menetap dan tidak dapat
berpindah tempat. Karang yang sudah mati, rangka kapurnya akan menjadi batu
karang/terumbu karang. Terumbu karang
berguna sebagai tempat hidupnya ikan-ikan yang banyak dibutuhkan manusia
sebagai pangan, seperti ikan kerapu, ikan kakap, dan lain-lain. Karang juga berfungsi sebagai benteng
pelindung pantai dari kerusakan yang disebabkan oleh gelombang dan sebagai
tempat wisata.
Pada pengamatan anemon laut (Metridium sp.) kita
melakukan pengamatan terhadap bentuk morfologi yang tampak tentakel, mulut,
batang tubuh, nematosis, dan pedal disc (Gambar 4). Pada pengamatan anemon (Metridium sp.) yang tampak bagian oral
nampak adanya tentakel, mulut, dan batang tubuh sedangkan pada bagian yang
tampak aboral nampak adanya pedal disk. Tentakel
tersebut mengandung nematosis yang berfungsi sebagai mulut dan melumpuhkan
mangsanya. Anemon adalah sebuah
batang tubuh seperti tabung (column), di bagian aboral yang datar terdapat pedal
disk, di bagian oral agak melebar terdapat mulut yang dikelilingi
tentakel. Bentuk mulut seperti celah lonjong, pada salah
satu atau kedua ujungnya terdapat alur
bercilia yang terus memanjang pasa sisi pharynx, untuk mengalirkan air ke
rongga gastrovaskuler. Alur bercilia
pada Anemon disebut dengan siphonoglyph. Bentuk mulut yang memanjang dan adanya
siphonoglyph, menyebabkan anemon tidak simetri radial. Bila mempunyai sebuah siphonoglyph dsebut
simetri bilateral, dan bila mempunyai dua siphonoglyph disebut simetri
biradial. Mesoglea tebal, berisi serabut
dan sel ameboid bebas. Epidermis banyak mengandung sel kelenjar
lendir, kadang-kadang mempunyai flagela. Bila anemon berkerut mengecil,
permukaan tubuh dekat oral disk akan menutup seluruh tubuh bagian atas.
V.
SIMPULAN DAN
SARAN
A.
Simpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai
berikut :
1.
Morfologi karang
(Acropora sp.) ini nampak
adanya nematosis, mulut, tentakel, gastrodermis, dan epidermis.
2.
Morfologi anemon laut (Metridium sp.) nampak adanya tentakel, mulut, batang tubuh,
nematosis, dan pedal disc.
3.
Klasifikasi karang (Coral
sp.) dari filum colenterata kelas anthozoa, yaitu kingdom animalia, filum colenterata,
class anthozoa, ordo scleractinia, genus acropora, dan spesies Acropora sp.
4.
Klasifikasi anemon laut (Metridium sp.) dari filum colenterata kelas anthozoa, yaitu
kingdom animalia, filum colenterata, class anthozoa, ordo actiniaria,genus metridium,
dan spesies Metridium sp.
B.
Saran
Saran yang dapat
diambil adalah diharapkan kepada
teman-teman agar untuk mencegah dan mengurangi pembusukan yang terjadi pada
organisme yang diamati, maka sebaiknya pengawetan pada organisme tersebut
dilakukan dengan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Behavior,
2005. Sea anemon. Sains dan Teknologi.Jakarta: Hal 35-36
Chansang,H.
dan’ Watanasit, S. Soft Coral
(Cnidaria: Alcyonacea) Distribution Patterns in Thai Waters.thailand: 49(1):
72-84
Fabricius, K. 2002. Soft Coral and Sea Fans: a
Comprehensive Guide to the tropical shallow water genera of the central-west
pacific, the indian Ocean and the red sea. Australian Institute of Marine
Science. Australia
Nawangsari, 2002. Zoologi.
Erlangga. Jakarta: Hal 33-35
Romimohtarto. 2007. Biologi
Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang Biologi Laut. Jakarta: Djambatan: Hal 77-78
Sugiarti, 2005. Invertebrata. Lembaga Sumberdaya
Informasi. IPB. Bogor.
Sukmawati (2007).
Preferensi Habitat Ikan Kalon (Amphipirio Sp) Terhadap Anemon Laut (Sea Anemon)
Diperairan Pulau Hari Kecamatan Laonti Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi
Tenggara: 37(1): 65-78
Suwignyo. 2005. Avertebrata
air jilid 1. Penebar swadaya. Jakarta. Hal 25
Trimaningsih. 2008. Mengenal Ubur-Ubur. Teknisi Bidang Dinamika Lout, Puslit
Oseanografi – LIPI. Hal 47-48.